Indonetwork.co.id (Jakarta) – Indonesia melalui Kementerian Perdagangan meminta Pemerintah Amerika Serikat (AS) mempertimbangkan kembali putusan final bea masuk imbalan (countervailing duty) atas produk biodiesel Indonesia yang masuk ke Negeri Paman Sam itu. Pemerintah Indonesia menilai putusan tersebut bersifat overprotektif.

Pada 9 November 2017 lalu, United States Department of Commerce (USDOC) mengumumkan putusan final bea masuk imbalan produk biodiesel impor dari Indonesia dan Argentina. USDOC menetapkan bea masuk imbalan antara 34,45% – 64,73% untuk Indonesia. Sementara itu, Argentina dikenakan bea masuk antara 71,45% – 72,28%.

Baca juga: Kembangkan Ekonomi Kreatif, Bekraf Gandeng Pemda Karangasem

“Indonesia meminta Pemerintah AS untuk mempertimbangkan kembali putusan ini dan menghargai hubungan baik kedua negara dalam semangat perdagangan bebas dan adil,” tegas Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita.

Menurutnya, Indonesia tidak segan-segan mengajukan gugatan melalui mahkamah AS maupun melalui jalur Dispute Settlement Body WTO.

Putusan final Bea Masuk Imbalan untuk Indonesia tersebut lebih rendah dari putusan sementara USDOC yang dikeluarkan pada bulan Agustus 2017 yang berkisar antara 41,06% – 68,28%.

Menanggapi perkembangan ini, Pemerintah Indonesia tetap menganggap bahwa, putusan USDOC merupakan putusan yang sewenang-wenang dan overprotektif. Pemerintah Indonesia berketetapan memperjuangkan dibebaskannya Indonesia dari tuduhan subsidi.

Indonesia Pertimbangkan Impor Berasal Dari AS
Saat ini, United States International Trade Commission (USITC) sedang menyelidiki ada atau tidaknya kerugian di industri dalam negeri AS akibat biodiesel impor. Jika USITC memutuskan terdapat kerugian, maka USDOC akan menginstruksikan Customs and Border Protection AS untuk meneruskan pemungutan deposit dana sesuai dengan tingkat bea masuk yang ditetapkan.

Namun, bila USITC menyatakan tidak terdapat kerugian karena biodiesel impor, maka investigasi harus dihentikan. Putusan final USITC dijadwalkan akan keluar pada tanggal 21 Desember 2017.

“Jika putusan maupun metodologi penghitungan yang digunakan AS tidak konsisten dengan aturan WTO-Subsidy and Countervailing Measures Agreement, Pemerintah Indonesia akan mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi mendalam terhadap seluruh impor Indonesia yang berasal dari AS,” pungkas Mendag Enggar.

Pada tahun 2016, ekspor biodiesel Indonesia ke pasar AS tercatat sebesar USD 255,56 juta. Nilai ini menyumbang 89,19% dari total ekspor biodiesel Indonesia ke seluruh dunia. Karena adanya tuduhan ini pada tahun 2017, ekspor biodiesel Indonesia ke pasar AS sama sekali terhenti.

Dedy Mulyadi

Author

Enable Notifications OK No thanks