Indonetwork, Panduan – Tanyakan pada selusin orang tentang kunci kebahagiaan dan Anda akan mendapatkan selusin jawaban yang berbeda juga. Menariknya, setiap satu dari orang-orang tersebut pasti memiliki beberapa kebiasaan sama di antara mereka.

Kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah komponen kunci untuk kehidupan yang bahagia. Ironisnya, hal seperti ini tidak ada hubungannya dengan kekayaan, atau tingkat kecerdasan sekalipun.

Apa yang membuat orang tidak bahagia? Ada sejumlah keadaan dan situasi , bisa di kaitkan ketidakbahagiaan seseorang dengan kehidupan mereka.

Berikut ini adalah daftar perangai atau kebiasaan buruk perusak kebahagiaan, biasa di lakukan oleh setiap individu yang hidupnya kurang berbahagia:

1. Selalu mencoba untuk mencapai kesempurnaan

pusing karena berambisi
Sumber: Pexels/energepic.com

Perilaku dan kehidupan Anda sehari-hari tidak serta-merta harus menjadi sempurna. Banyak orang memiliki prinsip perfeksionis yang terlalu kuat dan meyakini kesempurnaan adalah gerbang utama menuju kebahagiaan.

Namun, hal ini adalah sebuah kesalahpahaman yang umum di percaya banyak orang. Hasilnya justru akan lebih buruk, karena cita-cita yang “tak kesampaian” malah akan membuat rasa percaya diri Anda hancur lebur.

2. Membandingkan diri Anda dengan orang lain

13 Things to Do Instead of Comparing Yourself to Others
Sumber: tinybuddha.com

Poin ini bukan hanya salah satu kebiasaan buruk paling umum, namun mungkin juga yang paling merusak. Kita cenderung untuk membandingkan aset pribadi kita, hubungan kita, dan status sosial kita dengan orang lain. Dampaknya, perasaan dan pikiran negatif pun berkecamuk.

3. Fokus pada hal negatif

Negative Self-Talk in Recovery | Pinnacle Treatment Centers
Sumber: pinnacletreatment.com

Memikirkan aspek negatif dalam situasi dan hidup, sudah barang tentu akan membuat Anda di jejali dengan sugesti menyakitkan. Dampaknya bukan hanya terjadi pada diri kita, namun juga akan melebar ke setiap orang yang berada di sekitar kehidupan Anda.

4. Terjebak masa lalu dan berpikir banyak soal masa depan

Mengenal Overthinking: Ciri-Ciri, Tips, dan Cara Mengatasinya - Semua Halaman - Kids
Sumber: grid.id

Menghidupkan kembali kenangan menyakitkan, hilangnya kesempatan, dan konflik yang pernah menimpa pribadi Anda, dapat menjatuhkan harga diri secara emosional dan mental.

Demikian halnya ketika sedang memikirkan skenario terburuk yang mungkin akan terjadi di masa depan. Bayangan tentang buruknya kesehatan dan kegagalan dalam hubungan juga menimbulkan sugesti negatif yang sama merusaknya.

5. Pola pikir egosentris

sifat egois
Sumber: Trainerize.me

Membatasi hidup dengan berpikir bahwa semua orang dan segala sesuatunya berputar di sekitar kita, justru akan menyebabkan Anda berdiam diri karena takut mendapat penolakan. Anda takut memikirkan apa yang orang mungkin katakan atau pikirkan tentang pribadi.

6. Hidup di dunia Negatif

How to talk to kids about toxic friendships - ParentsTogether
Sumber: parents-together.org

Apa yang kita dengarkan, tonton, baca atau negatif. Jika terus-menerus membuka diri terhadap suasana negatif dan membiarkan diri terseret ke dalamnya, akan sangat sulit bagi Anda untuk menjadi bahagia dan menikmati hidup.

7. Mempersulit hidup Anda sendiri

orang yang mempersulit diri
Sumber: Pexels/Ketut Subiyanto

Hidup ini sudah susah, jadi kenapa harus di bawa rumit? Sikap mempersulit diri sendiri akan menyebabkan stres dan ketidakbahagiaan.

Dunia Anda pun terasa jadi lebih kompleks dari sebelumnya. Kembangkan kebiasaan baik yang bisa menyederhanakan banyak hal, sehingga membuat hidup ini menjadi lebih mudah.

Penting untuk di catat bahwa kebahagiaan tidak terbentuk dalam semalam. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan diri sambil menelan pil pahit dan menghapus perangai buruk perusak kebahagiaan yang selama ini terus menghantui.

Prosesnya memang tak semudah menekan tombol ataupun meminum ramuan ajaib. Dalam menatap masa depan, pastikan bahwa Anda tetap mengarahkan diri pada tujuan yang menantang dan keluar dari zona nyaman, namun tetap realistis untuk di gapai.

Karena ukuran kebahagiaan bukan di hitung dari seberapa banyak nya jumlah harta atau kekayaan, tetapi bagaimana kita bisa lebih menikmatinya.

 

Editor: Muhammad Arsyah Al Bassam

Author

Enable Notifications OK No thanks