Indonetwork.co.id (Bogor) – Produk hasil pertanian Indonesia memiliki peluang ekspor yang besar sekaligus tantangan yang besar. Kondisi ini menjadi gagasan utama dalam Seminar Nasional yang diadakan Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan hari Kamis (12/4) di IPB International Convention Center, Bogor, Jawa Barat.

Seminar tersebut mengusung tema ‘Perdagangan Internasional Produk Pertanian: Peluang dan Tantangan’.

Baca juga: Kemendag Dukung Kerja Sama Perdagangan dengan Afrika

“Melihat situasi perdagangan global saat ini, Kemendag menyadari bahwa peluang ekspor produk-produk pertanian Indonesia masih terbuka lebar dengan permintaan yang terus meningkat. Namun, tantangan perdagangan juga semakin kompleks, apalagi di era ekonomi digital ini,” ucap Kasan, Kepala BPPP.

Sebagai contoh, kata Kasan, minyak kelapa sawit dan produk turunannya adalah komoditas pertanian unggulan yang memiliki peluang ekspor. Namun pada saat yang sama, produk tersebut mendapat diskriminasi dari negara-negara tujuan ekspor Indonesia seperti Uni Eropa, Amerika Serikat (AS), dan India.

“Permasalahan ini menuntut strategi perdagangan yang komprehensif, baik dari sisi diplomasi, hukum, maupun keilmuan, serta membutuhkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan terkait,” kata Kasan.

Selain itu, lanjut Kasan, hubungan dagang yang memanas antara AS dan China ke arah perang dagang turut mewarnai situasi perdagangan global yang berisiko memperlambat pertumbuhan ekonomi global dan mempengaruhi harga komoditas produk pertanian dunia. Namun, Indonesia tetap dapat mencari peluang yang menguntungkan sebagai mitra dagang utama dari kedua negara yang berseteru itu.

Baca juga: Kemendag Optimalkan Peran Ekonomi Digital di Sektor Perdagangan

Sementara itu dari sisi perkembangan teknologi, kehadiran revolusi industri 4.0 telah mengubah peta konektivitas antara manusia, mesin, dan data. Komoditas pertanian adalah salah satu bagian penting dalam perdagangan di era digital karena berkaitan erat dengan pangan yang dapat memberikan efek multipel bagi pertumbuhan ekonomi.

“Hal ini mengingat lebih dari 50% penduduk Indonesia adalah pengguna internet aktif dan Indonesia juga ditargetkan menjadi kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Perdagangan dituntut menjadi semakin efisien dan konsumen diuntungkan dengan berbagai kemudahan,” ungkap Kasan.

Cermati Isu Perdagangan di Era Digital
Dalam seminar kali ini, ada lima isu yang menjadi fokus pembahasan yaitu promosi ekspor dan peningkatan daya saing ekspor produk pertanian, perdagangan produk pertanian menghadapi kebijakan proteksionis negara tujuan ekspor.

Isu lainnya diantaranya [erdagangan internasional produk pertanian di era ekonomi digital, perdagangan internasional produk pertanian sebagai bagian strategi stabilisasi pasar domestik, serta perdagangan produk pertanian dan pemenuhan bahan baku industri dalam negeri.

Isu-isu tersebut dibahas para narasumber yang merupakan pakar ekonomi IPB, pengamat ekonomi, dan pemerintah.

Baca juga: Tahun 2018, Mendag Siap Perkuat Perdagangan Dalam Negeri

“Semua isu ini diharapkan dapat menjadi representasi dari berbagai permasalahan perdagangan internasional produk pertanian Indonesia. Seluruh pemikiran yang akan disampaikan akan menjadi catatan penting sebagai rekomendasi kebijakan perdagangan produk pertanian kepada Menteri Perdagangan,” kata Kasan.

Turut hadir dalam seminar ini Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 Bayu Krisnamurthi, Rektor IPB sekaligus Ketua University Network for Indonesia Export Development (UNIED) Arif Satria, serta sejumlah ekonom dan akademisi.

Seminar terselenggara atas kerja sama Kemendag dengan Institut Pertanian Bogor, Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), dan the Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).

Dedy Mulyadi

Author

Enable Notifications OK No thanks